Selasa, 26 Oktober 2010

Manusia dan Alam

1. Hakikat Manusia dan Sifat Keingintahuan
            Ilmu Pengaetahuan Alam (IPA) bermula dari rasa ingin tahu, yang merupakan suatu ciri khas manusia.  Manusia mempunyai rasa ingin tahu tentang benda-benda di sekelilingnya, alam sekitarnya, angkasa luar, bahkan tentang dirinya sendiri..
            Rasa ingin tahu seperti itu tidak dimiliki oleh makhluk lain.  Jelas kiranya bahwa rasa ingin tahu itu tidak dimiliki oleh benda-benda tak hidup seperti batu, tanah, api, angina, dan sebagainya.  Air dan udara memang bergerak dari satu tempat ke tempat lain, namun gerakannya itu bukan atas kehendaknya tetapi sekedar akibat dari pengaruh alamiah yang bersifat kekal.
            Bagaimana dengan makhluk-makhluk hidup seperti tumbuh-tumbuhan dan binatang?  Sebatang pohon misalnya, menunjukkan tanda-tanda pertumbuhan atau gerakan, namun gerakan itu terbatas pada mempertahankan kelestarian hidupnya yang bersifat tetap.  Misalnya, daun-daun yang selalu cenderung untuk mencari sinar matahari atau akar-akar yang  selalu cenderung untuk mencari air yang kaya mineral untuk kebutuhan hidupnya.  Kecenderungan semacam ini nampak berlangsung sepanjang zaman. 
            Bagaimana dengan binatang yang menunjukkan adanya kehendak berpindah (eksplorasi) dari satu tempat ke tempat yang lain?  Misalnya ikan, burung, harimau atau binatang yang sangat dekat dengan manusia yaitu monyet?  Tentunya burung-burung bergerak dari satu tempat didorong oleh suatu keinginan, antara lain rasa ingin tahu.  Ingin tahu apakah di sana ada cukup makanan untuk disantap sendiri atau bersama yang lain.  Ingin tahu apakah disuatu tempat cukup aman untuk membuat sarang.  Setelah mengadakan eksplorasi tentu mereka menjadi tahu.  Itulah “pengetahuan” dari burung tadi.  Burung juga memiliki “pengetahuan” bagaimana caranya membuat sarang di atas pohon.  Burung manyar atau burung tempua begitu pandai menganyam sarangnya yang begitu indah bergelantungan pada daun kelapa, namun pengetahuannya itu ternyata tidak berubah-ubah dari zaman ke zaman.
            Bagaimana dengan monyet yang begitu pandai?  Bila kita perhatikan baik-baik kehidupan monyet-monyet tersebut, ternyata kehendak mereka ingin mengeksplorasi alam sekitar itu didorong oleh rasa ingin tahu yang tetap sepanjang zaman atau yang oleh Isaac Asimov (1972) disebut sebagai “Idle Curiousity” atau “Instinct”        Instink itu berpusat pada satu hal saja yaitu untuk mempertahankan kelestarian hidupnya.  Untuk itu mereka perlu makan, melindungi diri dan berkembang biak.
            Bagaimana dengan manusia?  Manusia juga memiliki instink seperti yang dimiliki oleh hewan dan tumbuh-tumbuhan.  Namun, manusia memiliki kelebihan, yaitu “kemampuan berpikir” dengan kata lain “curiousity-nya” tidak “idle”  tidak tetap seperti itu sepanjang zaman.  Manusia memiliki rasa ingin tahu yang berkembang atau dengan kata lain, manusia mempunyai kemampuan berpikir.  Ia bertanya terus setelah tahu tentang “apa”-nya, mereka juga ingin tahu “bagaimana” dan “mengapa” begitu.  Manusia mampu menggunakan pengetahuannya yang terdahulu untuk dikombinasikan dengan pengetahuannya yang baru, menjadi pengetahuannya yang lebih baru.  Hal demikian itu berlangsung berabad-abad lamanya, sehingga terjadi suatu akumulasi pengetahuan.  Sebagai ilustrasi, kita bayangkan saja manusia purba zaman dulu yang hidup di gua-gua atau di atas pohon.  Namun karena kemampuannya  berpikir tidak semata-mata didorong oleh sekedar kelestarian hidupnya tetapi juga untuk membuat hidupnya lebih menyenangkan, maka mereka mampu membuat rumah di atas tiang-tiang kayu yang kokoh dan bahkan sekarang manusia mampu membuat istana atau gedung-gedung pencakar langit.  Bandingkan dengan burung tempua dengan sarangnya yang indah yang nampak tak mengalami perubahan sepanjang masa.  Demikianlah juga dengan harimau yang hidup dalam gua-gua atau monyet yang membuat sarang di atas pohon tidak mengalami perubahan sepanjang zaman.
            Rasa ingin tahu yang terus berkembang dan seolah-olah tanpa batas itu menimbulkan perbendaharaan pengetahuan pada manusia itu sendiri.  Hal ini tidak saja meliputi kebutuhan-kebutuhan praktis untuk hidupnya sehari-hari seperti bercocok tanam atau membuat panah atau lembing yang lebih efektif untuk berburu, tetapi pengetahuan manusia juga berkembang sampai kepada hal-hal yang menyangkut keindahan.
            Dengan selalu berlangsungnya perkembangan pengetahuan itu, tampak lebih nyata bahwa manusia berbeda dengan hewan.  Manusia merupakan makhluk hidup yang berakal serta mempunyai derajat yang tinggi bila dibandingkan dengan hewan atau makhluk lainnya.

2. Perkembangan Fisik Tubuh Manusia
            Tubuh manusia mulai berkembang sejak dari rahim ibunya sampai manusia tersebut dilahirkan dan terus berkembang sampai masa dewasa.  Perkembangan fisik tubuh manusia ini dapat mengarah ke bentuk tubuh pria dan wanita, tergantung pada tipe kromosom sel tubuhnya.  Perbedaan ini diciptakan karena masing-masing mempunyai peran biologis yang berbeda.
            Manusia sebagai makhluk memiliki ciri-ciri : 
1.                  Memiliki organ tubuh yang kompleks dan sangat khusus terutama otaknya.
2.                  Mengadakan pertukaran zat, yakni adanya zat yang masuk dan keluar.
3.                  Memberikan tanggapan terhadap rangsangan.
4.                  Memiliki potensi berkembang biak
5.                  Tumbuh dan bergerak.
6.                  Berinterkasi dengan lingkungan
7.                  Mati
Tegaknya jalan manusia, dengan kepalanya tertonggok di atas badannya dengan baik, maka perkembangan otaknya baik.  Tempurung kepala manusia relatif lebih besar dibandingkan dengan binatang menyusui lainnya yang jalannya masih horizontal.  Manusia memiliki sistem syaraf  sentral yang berpusat di otaknya, di samping sistem syaraf periferi yang ada di seluruh tubuh.  Selain secara biologis keadaan otak manusia demikian, otak perlu selalu memperoleh latihan berpikir terus menerus , sehingga memiliki ketajaman.
Dalam kondisi otak demikianlah, manusia memiliki sifat ingin tahu.  Dalam benaknya manusia selalu bertanya karena keingintahunan : apa sesungguhnya (know why).  Seseorang merasa kurang puas, bila apa yang ingin diketahui tidak terjawab.  Sebagai contoh adalah perkembangan rasa ingin tahu anak-anak terhadap suatu benda, maka pertanyaan yang diajukan oleh anak pada usia dua tahun adalah “apa” nama benda tersebut, misalnya benda tersebut adalah pensil.  Pertanyaan selanjutnya yang akan muncul pada usia menjelang masuk TK adalah “bagaimana” menggunakannya.  Setelah usianya lebih dewasa lagi maka mungkin akan muncul pertanyaan lain yaitu “mengapa” pensil dapat digunakan untuk menulis.  Dengan mendapatkan jawaban yang sesuai dengan usia saat pertanyaan itu diajukan, maka anak tersebut akan mendapatkan pengetahuan baru dan sekaligus hasrat ingintahunya terjawab.  
Pada anak remaja rasa ingin tahu membuatnya gelisah dan berusaha keras dan akhirnya ia dapat tahu, sedangkan di kalangan ilmuwan keingintahuannya mendorongnya terus, sehingga teka-teki yang ada dalam otaknya dapat terjawab.    

3. Perkembangan Sifat dan Pikiran Manusia
            Bila dibandingkan dengan hewan, maka tubuh manusia lemah, sedangkan rohaninya, yaitu akal budi dan kemauannya sangat kuat.  Manusia tidak dapat terbang seperti burung, tidak dapat berenang secepat buaya, tidak mampu mengangkat benda berat seperti gajah, dan sebagainya, tetapi dengan akal budinya dan kemauannya, manusia dapat menjadi makhluk yang lebih dari makhluk lain.  Kelebihan manusia itu karena memiliki akal budi dan kemauan yang keras sehingga dapat mengendalikan jasmaninya.   
            Manusia sebagai makhluk berpikir dibekali hasrat ingin tahu tentang benda dan peristiwa yang terjadi di sekitarnya termasuk juga ingin tahu tentang dirinya sendiri.  Rasa ingin tahu inilah mendorong manusia untuk memahami dan menjelaskan gejala-gejala alam, baik alam besar (makrokosmos) mapun alam kecil (mikrokosmos), serta berusaha memecahkan masalah yang dihadapi.  Dorongan rasa ingin tahu dan usaha untuk memahami dan memecahkan masalah yang dihadapi, menyebabkan manusia dapat mengumpulkan pengetahuan. 
            Rasa ingin tahu yang terdapat pada manusia ini menyebabkan pengetahuan mereka menjadi berkembang.  Setiap hari mereka berhubungan dan mengamati benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang terjadi dialam sekitarnya.  Pengamatan-pengamatan yang ditangkap melalui panca indera-nya merupakan objek rasa ingin tahunya.  Manusia tidak akan merasa puas jika belum memperoleh jawaban mengenai hal-hal yang diamatinya.  Mereka berusaha mencari jawabannya dan untuk itu mereka harus berpikir.   Rasa ingin tahunya terus berlanjut.  Bukan hanya “apa”-nya saja yang ingin diketahui jawabannya, tetapi juga jawaban dari “bagaimana” dan kemudian berlanjut “mengapa” tentang hal-hal yang bersangkutan dengan benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang diamatinya.  
Ada kemampuan berpikir pada manusia yang menyebabkan rasa ingin tahu tentang segala yang ada di alam semesta.  Pengetahuan yang diperoleh dari alam semesta ini selanjutnya merupakan dasar dari pengembangan ilmu pengetahuan alam.  Dengan akal yang dimilikinya, semua pengetahuan dapat diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.  Informasi yang didapat disimpan dan diajarkan kepada generasi berikutnya, ditambah dengan pengetahuan yang diperoleh saat itu maka informasi tentang pengetahuan ini akan terus bertambah dan berkembang dari generasi ke generasi berikutnya. 

4. Sejarah Pengetahuan Yang Diperoleh Manusia
Ilmu pengetahuan juga berkembang sesuai dengan zamannya dan sejalan dengan cara berpikir dan alat bantu yang ada pada saat itu.  Sebagai contoh adalah pada zaman Babilonia dan Yunani, karena keterbatasan alat indera manusia (sebagai alat bantu utama) maka landasan ilmu pengetahuan zaman ini sebagian berasal dari pengamatan maupun pengalaman namun sebagian lainnya berupa dugaan, imajinasi, kepercayaan aataupun “mitos.”  Sebagai contoh adalah tentang pertanyaan hujan yang sering dijawab sebagaibocornya atap langit.  Pengetahuan semacam ini disebut sebagai “pseudo science” yaitu mirip sains tapi bukan sains (pengetahuan semu).
Suatu pola pikir yang lebih maju dari mitos adalah penggabungan antara pengamatan, pengalaman dan akal sehat, logika atau rasional.  Oleh karena itu berkembanglah faham “rasionalisme,”  yaitu pertanyaan akan dijawab dengan logika atau hal-hal yang masuk akal.  Lebih lanjut dikenal dengan “metode deduksi” yaitu penarikan suatu kesimpulan  didasarkan pada sesuatu yang bersifat umum menuju kepada yang khusus.  Sedangkan “metode induksi” merupakan dasar dari perkembangan metode ilmiah sekarang yang intinya adalah bahwa pengambilan kesimpulan dilakukan berdasarkan data pengamatan atau eksperimentasi yang diperoleh.  Untuk melakukan eksperimen maka manusia perlu menciptakan alat Bantu atau instrumentasi pengamatan.  Peralatan  instrumentasi yang tercipta akan berkembang menjadi lebih sempurna dan bahkan dimungkinkan pengembangannya menjadi peralatan produksi atau industri.  Metode ini kemungkinan dapat dipengaruhi oleh alat pendukung pengamatan yang digunakan.  Semakin canggih alat yang digunakan maka akurasi datanya semakin tinggi dan memungkinkan penarikan kesimpulannya juga akan lebih tajam.
    Berlandaskan pada pengetahuan tentang beberapa rahasia alam yang diperolehnya, manusia kemudian berusaha untuk menguasai dan memanfaatkan pengetahuannya untuk memperbaiki kualitas dan pemenuhan kebutuhan hidupnya.  Berdasarkan hal itulah mulailah dikembangkan pengetahuan praktis yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kehidupan sosialnya.  Pengetahuan ini selanjutnya disebut sebagai teknologi yang merupakan penerapan IPA dalam kehidupan sehari-hari.  Perkembangan teknologi, produksi dan industri secara tidak langsung akan diikuti dengan perubahan pola hidup manusia.  Perubahan ini juga semakin mendorong rasa ingin tahu manusia ke arah yang lebih kompleks.  Dengan demikian manusia akan terus berusaha mengetahui segala rahasia alam semesta yang belum terungkap.

5. Dasar dari Karakter Manusia

Berkat upaya kolektif manusia selama berabad-abad, manusia memiliki pengetahuan dan pemahaman yang luas tentang dunia. Informasi yang didapat kemudian dihimpun dan dikembangkan. Setelah mengalami proses dan sistematisasi, informasi ini kemudian menjadi dikenal sebagai "ilmu" dalam artinya yang lebih luas, yaitu jumlah seluruh gagasan manusia tentang kosmos (alam semesta). Di dalamnya tercakup juga filsafat, sebuah produk dari upaya kolektif manusia yang diberi bentuk logika yang khusus.

Kecenderungan spiritual dan tingginya kesadaran manusia ada karena manusia mempercayai realitas-realitas tertentu dunia ini, dan karena dedikasinya kepada realitas-realitas tersebut. Realitas-realitas ini sifatnya bukan individualistis dan juga bukan material. Sifatnya komprehensif dan umum, di dalamnya tak ada soal keuntungan ekonomi, dan pada gilirannya merupakan hasil dari pengetahuan dan pemahaman tertentu mengenai dunia yang disampaikan kepada manusia oleh para nabi, atau dilahirkan oleh pemikiran idealistis sebagian filosof.

Bagaimanapun juga, kecenderungan spiritual dan suprahewani lebih tinggi yang ada pada diri manusia, jika dasarnya adalah infrastruktur doktrinal dan intelektual, memakai nama agama. Karena itu, kesimpulannya adalah bahwa yang membedakan secara mendasar antara manusia dan makhluk hidup lainnya adalah pengetahuan dan agama, dan bahwa pengetahuan dan agama merupakan dasar dari ras manusia, dan ras manusia ini bergantung pada pengetahuan dan agama.

Sudah banyak dibahas tentang perbedaan antara manusia dan spesies binatang lainnya. Sebagian berpandangan bahwa antara manusia dan spesies binatang lainnya itu tak ada perbedaan yang mendasar. Mereka mengatakan bahwa perbedaan pengetahuan merupakan perbedaan kuantitas, atau paling banter perbedaan kualitas, namun bukan perbedaan hakikat. Mereka memandang tidak begitu penting prestasi-prestasi manusia yang luas dan luar biasa di bidang pengetahuan, padahal prestasi-prestasi ini menarik perhatian filosof-filosof besar Timur dan Barat.

Kelompok sarjana ini mengatakan bahwa dari sudut pandang keinginan dan hasratnya, manusia tak lebih daripada binatang.[1] Sebagian yang lain percaya bahwa perbedaaan utamanya adalah perbedaan kehidupan. Manusia adalah satu-satunya binatang yang sepenuhnya hidup. Binatang yang lain tak memiliki perasaan, dan tak tahu suka dan duka. Binatang yang lain ini hanyalah mesin-mesin yang setengah hidup. Karena itu, definisi yang sebenarnya mengenai manusia adalah bahwa manusia adalah makhluk hidup.[2] Pemikir-pemikir lain tidak mempercayai itu, dan berpendapat bahwa antara manusia dan makhluk hidup lainnya itu ada per­bedaan yang mendasar. Kelihatannya fokus masing-masing kelompok sarjana ini adalah satu karakteristik manusia. Itulah sebabnya manusia lalu didefinisikan dengan begitu banyak cara yang berlainan. Manusia digambarkan sebagai binatang yang rasional, makhluk yang benar-benar berupaya mendapatkan apa yang dikehendakinya, makhluk yang tak ada ujungnya, makhluk yang idealis, makhluk yang mencari nilai-nilai, binatang metafisis, makhluk yang tak pernah terpuaskan, makhluk yang tak ada batasannya, makhluk yang bertanggung jawab, makhluk yang berpandangan ke depan, agen (faktor atau instrumen) yang bebas, makhluk yang memberontak, makhluk yang suka ketertiban sosial, makhluk yang suka keindahan, makhluk yang suka keadilan, makhluk berwajah ganda, makhluk yang romantis, makhluk yang intuitif, makhluk yang mempercayai standar ganda, makhluk yang dapat mencipta, makhluk yang kesepian, makhluk yang memiliki perhatian kepada publik, makhluk yang fundamentalis, teoretis, dan dapat membuat peralatan, makhluk supranaturalis, imajinatif, spiritualis, transendentalis, dan sebagainya.

Tak pelak lagi, masing-masing keterangan ini benar, dilihat dari kualitas-kualitas esensialnya masing-masing. Akan tetapi, jika kita mau mendapatkan ungkapan yang mencakup semua perbedaan mendasarnya, maka harus kita katakan bahwa manusia adalah binatang yang berpengetahuan dan beragama. 









RANGKUMAN BAB 2

Manusia Dan Kebudayaan

A. Manusia
Manusia terdiri atas beberapa unsur yang membangun dirinya menjadi seorang manusia. Manusia dapat diartikan dalam berbagai segi ilmu pengetahuan bahkan dalam segi terkecil sekalipun misal, filsafat. Terdapat 2 pandangan yang dapat menjelaskan mengenai unsur-unsur ini yakni:
1. Manusia terdiri dari empat unsur yakni :
a.   Jasad : wujud kasar manusia yang tampak , dapat diraba dan dilihat, serta menempati ruang dan waktu.
b.   Hayat : unsur kehidupan, ditandai dengan gerak
c.   Roh : bimbingan dan pimpinan Tuhan dimana bekerja secara spiritual dan merupakan suatu kemampuan mencipta secara konseptual.
d.   Nafs : kesadaran tentang diri sendiri.
2. Manusia sebagai suatu kepribadian mengandung tiga unsur yaitu :
a.   Id : merupakan libido murni atau energi psikis yang menunjukkan ciri alami yang irrasional dan terkait dengan sex, yang secara instingual menentukan proses-proses ketidaksadaran (unconcious).
b.   Ego : merupakan bagian atau struktur kepribadian yang berperan menghubungkan energi Id ke dalam saluran sosial yang dapat dimengerti oleh orang lain.
c.   Superego : merupakan struktur kepribadian yang paling akhir dimana merupakan kesatuan standar-standar moral yang diterima ego dari sejumlah sumber yang mempunyai otoritas di dalam lingkungan luar diri.

B. Hakekat Manusia
A. Makhluk ciptaan Tuhan yang terdiri dari tubuh dan jiwa sebagai satu kesatuan utuh.
Tubuh manusia adalah wujud nyata yang dapat dilihat, diraba, dan dirasa namun tidak abadi. Jiwa terdapat dalam tubuh, bersifat abstrak, tidak dapat dilihat, diraba maupun dirasa tetapi bersifat abadi.

B. Makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, jika dibandingkan dengan makhluk lainnya
Kesempurnaannya terletak pada adab dan budaya karena manusia dilengkapi oleh prnciptanya dengan akal, perasaan ,dan kehendak yang terdapat dalam jiwa manusia. Dengan akal, manusia mampu menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan kehendak, manusia mampu menciptakan perilaku tentang kebaikan atau sebaliknya. Dengan perasaan kita mampu menciptakan seni, dimana perasaan terbagi dua yang terdiri dari perasaan inderawi yang dirasakan oleh pancaindera dan perasaan rohani yang terdiri dari :
1. Perasaan intelektual : berkenaan dengan pengetahuan.
2. Perasaan estetis : berkenaan dengan keindahan.
3. Perasaan etis : berkenaan dengan kebaikan
4. Perasaan diri : berkenaan dengan harga diri
5. Perasaan sosial : berkenaan dengan kelompok masyarakat
6. Perasaan religius : berkenaan dengan agama dan hubungan dengan Tuhan YME.

C. Makhluk biokultural, yaitu makhluk hayati yang budayawi
Sebagai makhluk biokultural, manusia dapat dipelajari dari berbagai segi ilmu, baik dari ilmu kasar seperti, fisiologi, biokimia, patologi, psikobiologi, maupun ilmu kepribadian, seperti kemasyarakatan, psikologi sosial, kesenian dan lain-lain.

D. Makhluk ciptaan Tuhan yang terikat dengan lingkungan, mempunyai kualitas dan martabat karena kemampuan bekerja dan berkarya
Dimana manusia adalah makhluk yang hidupnya memiliki keterikatan dengan lingkungannya. Hidup manusia mempunyai tiga taraf, yaitu estetis dimana manusia menangkap dunia sekitarnya dan mengungkapkan kembali dalam lukisan , tarian atau karya seni lainnya, etis dimana manusia dapat menentukan keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan berdasarkan kehidupan estetis dan religius dimana menjelaskan hubungan manusia dengan Tuhan. Semakin mendalam penghayatan terhadap tuhan semakin bermakna pula kehidupannya, dan akan terungkap pula kenyataan manusia individual atau kenyataan manusia subyektif yang memiliki harkat dan martabat tinggi.

C. Kepribadian Bangsa Timur
Ilmu psikologis biasanya menganalisis jiwa manusia dengan terlampau banyak menekan kepada pembatasan konsep individu sebagai kesatuan anilisis tersendiri.
Dalam hal ini Menurut Francis L.K Hsu ada konsepsi bahwa di dalam jiwa manusia sebagai makhluk sosial budaya mengandung delapan daerah yang seolah olah seperti lingkaran konsentris sekitar diri sendiri yang dapat dijelaskan dari dalam keluar yakni
  • No 7 dan No 6 : daerah tak sadar dan sub sadar yang keduanya terdiri dari bahan pikiran dan gagasan yang terdesak ke dalam dan tidak disadari oleh individu
  • No 5 : kesadaran yang tak dinyatakan yang terdiri dari pikiran dan gagasan yang disadari oleh individu tetapi disimpan di dalam jiwanya oleh karena berbagai hal. Hal itu disebabkan ada kemungkinan, bahwa :
    • Ia takut salah dan takut dimarahi orang apabila ia menyatakannya atau karena ia punya maksud jahat.
    • Ia sungkan menyatakannya, atau karena belum yakin bahwa ia akan mendapat respons dan pengertian baik dari sesamanya atau takut bahwa walau diberi respon, respons itu sebenarnya tak diberikan dengan hati ikhlas atau juga karena ia takut ditolak mentah-mentah.
    • Ia malu karena takut ditertawakan, atau karena ada perasaan bersalah yang mendalam
    • Ia tidak bisa menemukan kata-kata atau perumusan yang cocok untuk menyatakan gagasan yang bersangkutan tadi kepada sesamanya.
  • No 4 : kesadaran yang dinyatakan dimana terdiri dari pikiran dan gagasan yang disadari oleh individu dan dinyatakan secara terbuka.
  • No 3 : lingkaran hubungan karib dimana berisi konsepsi tentang benda , hewan atau manusia yang dapat diajak bergaul secara mesra dan karib
  • No 2 : lingkarang hubungan berguna dimana berisi konsepsi tentang benda , hewan atau manusia yang dapat didasarkan pada fungsi kegunaan dari benda, hewan atau manusia tersebut.
  • No 1 : lingkaran hubungan jauh dimana berisi dari pikiran dan sikap manusia mengenai benda ,alat-alat dan manusia yang ada dalam kebudayaan namun jarang sekali mempunyai arti dalam kehidupan sehari-hari.
  • No 0 : lingkaran dunia luar dimana berisi pikiran-pikiran yang hampir sama dengan no 1 namun lebih ditanggapi dengan sikap masa bodoh.
D. Pengertian Kebudayaan
Secara umum, kebudayaan dapat diartikan “ segala sesuatu yang dihasilkan oleh akal budi manusia dengan tujuan untuk mengolah tanah atau tempat tinggalnya ; atau dapat pula diartikan segala usaha manusia untuk dapat melangsungkan dan mempertahankan hidupnya di dalam lingkungannya.
Secara praktis kebudayaan merupakan sistem nilai dan gagasan utama dimana terwujud dalam tiga sistem kebudayaan yaitu :
  • Sistem ideologi yang meliputi etika, norma , atas istiadat dan peraturan hukum sebagai pengarahan untuk sistem sosial dan berupa interpretasi operasional dari system nilai dan gagasan utama yang berlaku dalam masyarakat.
  • Sistem sosial meliputi hubungan dan kegiatan sosial dalam masyarakat, baik yang terjalin didalam lingkungan kerabat, maupun yang terjadi dengan masyarakat lebih luas serta pemimpin-pemimpinnya. Pengendalian masyarakat dan pemimpin berkembang dengan nilai budaya dan gagasan utama yang berlaku.
  • Sistem teknologi meliputi segala perhatian serta penggunaannya sesuai dengan nilai budaya yang berlaku. Dalam kebudayaan yang terutama agraris, misalnya dengan sendirinya system teknologi sesuai dengan keperluan pertanian.
E. Unsur-Unsur Kebudayaan
C.Kluckhohn dalam karyanya “Universal Categories of Culture” mengemukakan bahwa ada 7 unsur kebudayaan universal, yaitu :
1. Sistem religi : merupakan produk manusia sebagai homo religieus. Manusia tanggap bahwa diatas kekuatan dirinya terdapat kekuatan lain yang maha besar. Karena itu manusia taku, sehingga menyembahNya dan lahirlah kepercayaan yang sekarang menjadi agama.
2. Sistem organisasi kemasyarakatan : merupakan produk dari manusia sebagai homo socius. Hal ini berhubungan dengan sosial masyarakat.
3. Sistem pengetahuan : merupakan produk manusia sebagai homo sapiens. Hal ini berhubungan dengan ilmu pengetahuan.
4. Sistem mata pencaharian hidup dan sisyem-sistem ekonomi : merupakan produk manusia sebagai homo economicus. Hal ini berhubungan dengan pekerjaan dan tingkat ekonomi manusia.
5. Sistem teknologi dan peralatan :  merupakan produk dari manusia sebagai homo faber. Hal ini berhubungan dengan hasil teknologi berupa peralatan untuk membantu kerja manusia,
6. Sistem bahasa : merupakan produk dari manusia sebagai homo longuens. Hal ini berhubungan dengan bahasa baik dalam lisan maupun tulisan.
7. Sistem kesenian :  merupakan hasil dari manusia sebagai homo aesteticus. Hal ini berhubungan dengan keindahan dari hasil karya manusia.

F. Wujud Kebudayaan
Berdasarkan dimensi wujudnya, kebudayaan mempunyai 3 wujud yaitu :
1. Kompleks gagasan, konsep, dan pikiran manusia :
Wujud ini disebut sistem budaya, bersifat abstrak, tidak dapat dilihat dan berpusat pada kepala-kepala manusia yang menganutnya, atau dengan perkataan lain, dalam alam pikiran warga masyarakat dimana kebudayaan bersangkutan hidup
2. Kompleks aktivitas :
Berupa aktivitas manusia yang saling berinteraksi, bersifat kongkret, dapat diamati atau diobservasi. Wujud ini sering disebut sistem sosial. System social ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia-manusia yang berinteraksi, berhubungan, serta bergaul satu dengan yang lain berdasarkan adat tata kelakuan.
3. Wujud sebagai benda :
Kebudayaan dapat berwujud benda yang diam hingga benda yang bergerak, baik yang dipergunakan manusia dalam proses kebudayaan itu sendiri maupun benda yang dihasilkan oleh kebudayaan manusia itu sendiri.

G. Orientasi Nilai Budaya
Sistem nilai budaya dalam semua kebudayaan secara universal menyangkuti lima pokok kehidupan manusia yaitu:
1.   Hakekat Hidup Manusia (MH)
Hakekat hidup pada setiap kebudayaan berbeda secara ekstrem, dimana ada kebudayaan yang berusaha untuk memadamkan hidup, ada pula yang yang mengisi hidup.
2.   Hakekat Karya Manusia (MK)
Pada setiap kebudayaan hakekat karya manusia memiliki arti berbeda-beda,
ada yang beranggapan bahwa karya bertujuan untuk hidup, kedudukan atau kehormatan, dll.
3.   Hakekat Waktu Manusia
Hakekat waktu pada setiap kebudayaan berbeda dimana ada yang mementingkan orientasi masa lampau, ada pula yang berpandangan untuk masa kini dan masa depan.
4.   Hakekat Alam Manusia
Ada kebudayaan dimana manusia diajarkan untuk memanfaatkan keadaan dan hasil alam semaksimal mungkin, ada pula kebudayaan yang mengajarkan bahwa manusia harus hidup harmonis dengan alam.
5.   Hakekat Hubungan Manusia
Ada kebudayaan yang mementingkan hubungan manusia dengan manusia, dan ada pula yang berpandangan individualistis.

H. Perubahan Kebudayaan
Masyarakat dan kebudayaan dimanapun selalu dalam keadaan berubah, sekalipun masyarakat dan kebudayaan primitive yang terisolasi dari berbagai hubungan dengan masyarakat lainnya.
Terjadinya perubahan kebudayaan disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :
1.   Sebab-sebab  yang berasal dari dalam masyarakat dan kebudayaan sendiri, misalnya perubahan jumlah dan komposisi penduduk.
2.   Sebab-sebab perubahan lingkungan alam dan fisik tempat mereka hidup.
3.  Adanya difusi kebudayaan baik itu dengan masuknya kebudayaan baru, maupun dengan adanya penemuan-penemuan baru, seperti teknologi dan inovasi.
Perubahan sosial dan perubahan kebudayaan berbeda. Dalam perubahan sosial terjadi perubahan struktur sosial dan pola-pola hubungan sosial, antara lain sistem politik, kekuasaan , dll. Sedangkan perubahan kebudayaan atau akulturasi terjadi apabila suatu kelompok masyarakat dengan kebudayaan tertentu dihadapkan pada unsur-unsur kebudayaan asing yang berbeda, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu dengan lambat laun diterima dan diolah kedalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.
Beberapa masalah yang menyangkut proses perubahan kebudayaan adalah :
A. Unsur-unsur kebudayaan asing manakah yang mudah diterima
B.  Unsur-unsur kebudayaan asing manakah yang sulit diterima
C.  Individu-individu manakah yang cepat menerima unsur-unsur yang baru
D.  Ketegangan-ketegangan apakah yang timbul sebagai akibat akulturasi tersebut
Berbagai faktor yang mempengaruhi diterima atau tidaknya suatu unsur kebudayaan yang baru, antara lain :
1.   Terbatasnya masyarakat memiliki hubungan atau kontak dengan kebudayaan dan orang-orang yang berasal dari luar masyarakat tersebut.
2,   Pada suatu kebudayaan yang memiliki pandangan hidup dan nilai-nilai yang dominan, penerimaan unsur tersebut akan mengalami penyaringan dan hambatan sesuai dengan nilai yang ada.
3.   Corak struktur sosial suatu masyarakat turut menentukan proses penerimaan kebudayaan baru.
4.   Suatu unsur kebudayaan diterima jika sebelumnya sudah ada unsur-unsur kebudayaan yang menjadi landasan diterimanya unsur kebudayaan baru tersebut.
5.   Apabila unsur yang baru itu memiliki skala kegiatan yang terbatas, dan dapat dengan mudah dibuktikan kegunaannya oleh warga masyarakat yang bersangkutan

I. Kaitan Manusia dan Kebudayaan
Secara sederhana hubungan manusia dengan kebudayaan adalah manusia sebagai perilaku kebudayaan dan kebudayaan merupakan objek yang dilaksanakan manusia.
Dari sisi lain hubungan manusia dengan kebudayaan ini dapat dipandang dan dinyatakan sebagai dialektis yang berarti saling terkait satu sama lain. Proses dialektis ini tercipta melalui tiga tahap yaitu l
  1. Eksternalisasi, yaitu proses dimana manusia mengekspresikan dirinya dengan membangun dunianya.
  2. Obyektivasi , yaitu proses dimana masyarakat menjadi realitas obyektif, yaitu kenyataan yang terpisah dari manusia dan berhadapan dengan manusia.
  3. Internalisasi, yaitu proses dimana masyarakat disergap kembali oleh manusia, dimana maksudnya bahwa manusia mempelajari kembali masyarakatnya sendiri agar dia dapat hidup dengan baik dimasyarakatnya.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar